Screen Saver Duniawi

Teman saya, Ima, mengirimkan email yang berisi joke. Berikut ini joke-nya (aselinya berbahasa Inggris) :

Suatu ketika Bill Gates wafat dan dipanggil menghadap Tuhan. Kemudian terjadi dialog,
Tuhan : "Sebenarnya Aku ingin memasukkan engkau ke neraka. . . Hmmm. . . tapi karena engkau telah berjasa bagi banyak manusia dengan menciptakan windows 95, maka engkau Aku berikan pilihan, mau surga atau neraka?"
Bill Gates : "Terima kasih. Tapi sebelum memutuskan, bolehkah saya melihat-lihat dulu seperti apa kondisinya?"
Tuhan : "Silahkan"
Bill Gates pun berjalan ke neraka. Dia melihat suasana pantai yang menyenangkan. Wanita-wanita cantik berlarian ke sana kemari bermain-main. Anak-anak kecil bermain pasir. Orang-orang banyak yang berjemur. Kios-kios makanan dan minuman berjejer rapi di pantai. Alunan musik reggae juga sayup-sayup terdengar. Ombaknya juga tidak terlalu besar dan cuaca cerah.
Bill Gates : "Betapa menyenangkannya jika saya tinggal di neraka. Tapi saya mau melihat surga dulu."
Maka Bill Gates berjalan ke surga. Dia melihat suasana pegunungan yang sejuk dan tidak seramai neraka. Di mana-mana pemandangan pepohonan hijau. Ditingkahi bunyi burung. Beberapa orang terlihat duduk santai sambil bermain harpa.
Bill Gates : "Hmmm. . , surga kok membosankan. Tuhan, kalau begitu saya ingin masuk neraka saja."
Tuhan : "Baiklah."
Setahun kemudian Tuhan datang ke neraka untuk menengok kondisi Bill Gates. Rupanya Bill Gates sedang disiksa di tengah kobaran api. Para malaikat sedang mencambukinya dengan cambuk api. Melihat Tuhan datang, Bill Gates menghampiri.
Bill Gates : "Mengapa Engkau berbohong? Mana suasana pantai yang semula aku lihat sebagai neraka itu?"
Tuhan : "Oh, itu cuma screen saver kok. . ."

* * * * *

Kehidupan dunia dengan segala macam kenikmatan kemewahannya bisa menjadi sebuah tipu daya belaka. Allah SWT berfirman,

Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid ayat 20)

Allah SWT menciptakan manusia. Lalu manusia itu diminta bersaksi bahwa Allah SWT adalah Tuhannya. Firman Allah SWT,

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu ?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS. Al A'raaf ayat 172)

Maka setiap manusia yang lahir dari rahim ibunya adalah fitrah. Pada hakikatnya saya, anda, kita semua sudah bersaksi bahwa Allah SWT adalah Tuhan kita. Allah hamparkan dunia beserta isinya dalam rangka memenuhi kebutuhan kita karena memang demikianlah fitrah penciptaan manusia. Tetapi pemenuhan kebutuhan itu adalah dalam rangka diri kita siap menuju ke haribaan Allah SWT. Kita tidak boleh berhenti pada mengelola dunia dalam rangka memenuhi kebutuhan belaka, karena semuanya itu hanyalah sarana dalam rangka memperkokoh kita untuk siap kembali kepada Allah SWT. Hakikatnya kita adalah milik Allah SWT yang sudah Allah bayar di muka dengan janjiNya berupa surgaNya kelak (dan Dia Maha Menepati Janji). Maka dari itu kita harus menjaga hak milik Allah SWT ini. Firman Allah SWT,

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah ayat 111)

Jika demikian maka jelaslah bahwa dunia ini memang hanya tempat persinggahan sementara. Bisa pula diibaratkan sebagai camp pelatihan yang menggembleng diri menjadi insan bertaqwa dan kelak ketika datang ajal, maka kita meninggalkan camp pelatihan itu dengan mantap dan siap menghadap Allah SWT. Firman Allah SWT,

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imron ayat 102)

Akan tetapi semuanya memang tidak mudah. Dunia justru telah menjadikan manusia lalai dari tujuan semula. Manusia lupa akan tugas utamanya. Dunia justru dijadikan sebagai tempat pelabuhan terakhir. Mengapa ini bisa terjadi? Karena dunia menawarkan keindahan dan kenikmatan yang luar biasa. Godaannya begitu dahsyat sehingga mampu mengguncang jiwa dan menutup mata hati. Allah SWT berfirman,

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, 'Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran ayat 14-15)

Manusia yang lalai itu menjadikan dunia sebagai ukuran dalam kehidupannya. Mereka saling berbangga-bangga dan munafasah (berlomba-lomba dalam kerangka menuruti hawa nafsu) dalam menumpuk harta benda. Semakin banyak dan mewah hartanya maka dianggap semakin mulia manusia itu. Penghormatan dan pujian pun mengalir ke hadapannya yang akan membuatnya semakin menepuk dada.

Rumah megah, mobil mewah, perhiasan mahal, pakaian bagus, dan simpanan yang seolah tidak habis tujuh turunan, dijadikan topik pembicaraan sehari-hari. Mereka saling berbangga bila bisa memiliki itu semua dan semakin bertambah kebanggaannya itu bila apa-apa yang dimilikinya itu jauh lebih mahal dan lebih banyak dari yang lainnya. Kesombongan telah meliputi dirinya.

Proses yang halal tidak lagi menjadi satu-satunya jalan dalam memenuhi kebutuhan (hawa nafsu) mereka. Apapun akan dilakukan (halal, haram, dan syubhat) demi mencapai peringkat yang tinggi di sisi manusia. Korupsi menjadi hal yang lumrah, karena itulah salah satu jalan super cepat untuk meraih kenikmatan duniawi. Menjadi pelacur dan gigolo adalah sah-sah saja, karena dengan begitu akan mendapatkan uang banyak dan birahi tersalurkan. Pemilik media massa tidak ragu-ragu untuk menampilkan seks dan kekerasan kepada publik penyimak media, karena kedua hal itulah yang paling mendatangkan keuntungan. Miras, rokok, dan narkoba merajalela hingga menjangkau pelosok daerah dan merangkul anak-anak. Atas nama keuntungan maksimal, menyumbangkan pajak yang besar, mendatangkan devisa bagi negara (dan pengelola negaranya; lewat aksi suap menyuap), dan menyediakan lapangan pekerjaan yang massif bagi rakyat, maka semua kerusakan dan kebejatan menjadi sah dan halal. Segala dampak negatif yang tampak tidak dipedulikan lagi dan bahkan justru diberi alasan-alasan pembenaran. Firman Allah SWT,

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar Ruum ayat 41)

Pengarahan-pengarahan ilahiyah sudah begitu jelas. Peringatan-peringatan sudah disampaikan. Tapi racun dunia sudah merasuk begitu dalam ke jiwa manusia lalai. Kompetisi duniawi justru semakin meriah dan keras. Ingatlah akan firman Allah SWT berikut,

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al An'aam ayat 44)

Jadi, ketika mereka begitu asyik dengan dunia maka Allah akan siksa mereka secara tiba-tiba dan mereka kaget lalu diam dalam keputusasaan. Tidak menyangka bahwa semua kenikmatan dunia yang mereka kecap telah menipu mereka.

Ya, kenikmatan dunia seolah-olah seperti screen saver monitor komputer. Sekali geser mouse, maka hilanglah screen saver itu. Selagi hayat masih dikandung badan, marilah kita kembali kepada kehidupan yang berasaskan firman Allah SWT dan sunnah RasulNya. Semoga kita semua bahagia di dunia dan di akhirat.

Wallahu a'lam bishshawab.

Tomy Saleh. Kalibata. 15 Agustus 2008. 17:23WIB.

Tidak ada komentar: