Kaget Dan Cermin Keimanan

Suatu ketika seseorang terpeleset dan refleks mengucapkan istighfar, "Astaghfirullah...!". Keterpelesetan itu mengagetkannya. Reaksi sesaat pertama tatkala kaget adalah fikiran kacau, tidak fokus, dan tidak bisa mengontrol gerak koordinasi tubuh. Tubuhpun limbung dan siap jatuh berdebam. Tapi, alhamdulillah, orang itu cuma terpeleset ringan dan gerak refleks tubuh turut membantu menstabilkan keseimbangan tubuh, sehingga tidak jatuh. Bersamaan dengan gerak refleks itu mulutnya (seolah refleks juga) memekikkan istighfar tadi. Orang itu bersyukur dua kali. Pertama ia tetap ingat Allah SWT (istighfar) dan ia tidak jatuh. Alhamdulillah.

Orang tersebut di atas bukanlah makhluk yang paling beriman dan bertaqwa. Pun juga bukan makhluk yang terbebas dari kesalahan dan dosa. Dia, sama seperi kebanyakan kita, hanyalah manusia biasa. Maksud saya menulis di atas bukan berati menyatakan orang tersebut lebih baik dari yang lainnya. Saya hanya sekedar berbagi pengamatan dan tahaduts ni'mat (menyebut-nyebut kenikmatan dari Allah). Saya pernah mendengar keutamaan untuk tahaduts ni'mat ini dalam rangka memuji kemahabaikan Allah SWT dan otomatis (insya Allah) mampu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Pemandangan tersebut adalah nikmat dari Allah SWT. Kenapa nikmat? Karena di dalamnya ada hikmah yang bisa kita petik dan dijadikan pengalaman dan kekayaan jiwa kita. Setidaknya ada dua hikmah (kenikmatan), yaitu:

1. Mengingat Allah (istighfar tadi) kapan saja dan di mana saja
2. Pelajaran agar lebih hati-hati dalam melangkah

Berdasarkan pengamatan saya selama ini, tidak semua orang mengucapkan asma Allah ketika kaget. Kalimat favorit yang keluar ketika kaget, jika boleh saya rangkum, adalah sebagai berikut:

1. Aaaaaa (teriak)
2. Eh copot
3. Eh, (kata-kata jorok)
4. Eh, (nama salah satu hewan, biasanya monyet)

Kata-kata itu merupakan refleksi dari apa yang selalu menjadi kebiasaan dalam keseharian. Alam bawah sadar fikiran merekam kebiasaan mendengar, melihat, dan mengucapkan tersebut. Hal-hal tersebut sudah begitu menyatu dengan kehidupan. Sudah menjadi sebuah kelumrahan. Sehingga menjadi sebuah "budaya" tersendiri. Ketika kaget, maka fikiran alam bawah sadar itulah yang muncul tiba-tiba. Hal itu karena kebiasaan itu sudah demikian satu kesatuan dengan diri dan fikirannya.

Berangkat dari pemikiran di atas, maka saya menyimpulkan amat penting untuk menata telinga, mata, dan mulut kita. Perlu diciptakan sebuah filter yang akan menyeleksi semua yang masuk maupun yang keluar. Agar yang masuk maupun yang keluar hanyalah yang baik-baik saja. Allah SWT memerintahkan kita untuk selalu dzikir (ingat) kepadanya dalam semua keadaan, yaitu, keadaan duduk, berdiri, dan berbaring. Intinya: dzikir dalam semua kondisi. Dengan senantiasa ingat kepada Allah SWT, maka hal ini akan menjadi kebiasaan kita. Fikiran alam bawah sadar kita akan terisi dengan ingatan kepada Allah SWT. Apa manfaatnya? Mari kita baca surat Ar Ra'du ayat 28 berikut ini:

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Hati yang sering berdzikir kepada Allah SWT, maka akan Allah isikan ketenangan di dalamnya. Allah jadikan ketenteraman di batinnya secara terus menerus. Tidak ada kegelisahan, waswas, takut, cemas, dan putus asa. Ini akan juga terpancar dari sorot mata dan air muka yang sedap dipandang. Jika hati tenteram, maka fikiran akan jernih. Hati yang tenang akan membuatnya mampu berfikir panjang. Ketika si pemilik hati yang cemerlang ini terkejut, maka secara otomatis terucaplah sesuatu yang senantiasa mengisi batinnya: asma Allah SWT, entah itu istighfar atau tasbih atau hamdalah dan lain-lain. Intinya adalah suatu ekspresi hamba yang hatinya selalu terpaut dengan Allah SWT. Mengingat asma Allah SWT telah menyatu dengan refleksnya. Mengingat asma Allah SWT telah mengalir di dalam setiap pembuluh darahnya. Tidak ada jeda waktu hidupnya yang hampa dari mengingat Allah SWT. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi senantiasa dihiasi dengan dzikrullah. Orang yang seperti ini adalah orang yang Allah sebut dalam surat Al Anfal ayat 2 sebagai berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Jadi, bagi kita seorang muslim, apa yang terucap ketika kaget bisa dijadikan cerminan seberapa dekat seseorang kepada Allah SWT. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang seperti ayat di atas.

Tomy Saleh.Kalibata.28 Des 2009. 14:04WIB