Sindiran Dan Teguran Untuk Ulama Pencinta Duniawi

Kepercayaan diri para budak duniawi yang awam berangkat dari kebodohannya akan pesan-pesan Al Qur-an dan As Sunnah, sehingga mereka mengira bahwa usia mereka panjang (dan bisa terus menyibukkan diri mereka dalam mengejar kekayaan duniawi serta melupakan akhirat) dan semua harta benda mereka diperoleh dengan berbagai macam cara yang halal maupun yang haram (karena ketidaktahuan akan halal dan haram), tetapi kepercayaan diri para budak duniawi dari kalangan ahlul 'ilmu berangkat dari kepiawaiannya memanipulasi makna Al Qur-an dan As Sunnah untuk membenarkan semua sikap dan tindakannya dalam menumpuk harta benda duniawi, baik lewat jalan halal maupun haram (yang berkat kelincahannya berdalil dan memanipulasi ayat dan hadits, maka yang haram akan terlihat sebagai halal).

Orang berilmu yang jahat serta tamak merupakan bahaya bagi kaum muslimin dan bagi manusia pada umumnya. Boleh jadi segala macam nasehat akan mudah dibantah dengan kemahirannya memainkan dalil ayat dan hadits. Kita tidak bisa melupakan kisah Qarun yang tamak akan harta benda duniawi. Padahal, sebagaimana kita tahu, Qarun adalah orang yang pemahamannya akan ayat-ayat suci nomor dua setelah Nabi Musa ('alaihissalaam).

Sindiran dan teguran berikut ini dikutip dari buku Nashaihul 'Ibaad: Menjadi Santun Dan Bijak Karya Muhammad Nawawi Al Bantani yang mana buku ini merupakan syarah/penjabaran dari kitab Al Munabbihat 'alal isti'daad li yaumil ma'aad karya Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al Atsqalani (Penerbit Irsyad Baitus Salam, cetakan pertama, September 2005, Bab IX, halaman 246):

Yahya bin Mu'adz Ar Razi pernah melihat seorang ulama ahli fiqih yang cinta duniawi, maka ia berkata kepadanya, "Wahai orang yang berilmu dan yang paham tentang As Sunnah,

1. gedungmu yang besar ini bagaikan istana kaisar Romawi,
2. keindahan rumahmu bagaikan istana raja Persia,
3. tempat tinggalmu bagaikan tempat tinggal Qarun,
4. pintu rumahmu tinggi bagaikan pintu rumah kaumnya raja Thalut,
5. pakaianmu bagaikan pakaian raja Jalut,
6. jalan pikiranmu bagaikan jalannya para setan,
7. properti milikmu bagaikan milik penguasa Syam, Marwan bin Hakam,
8. kekuasaanmu bagaikan kekuasaan Fir'aun,
9. hakim-hakimmu zhalim, suka menerima suap, dan suka berkhianat,
10. para pemimpinmu adalah orang-orang bodoh,

maka dari itu di manakah jalan hidup yang telah dicontohkan oleh Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam??"

Alangkah keji dan zhalimnya jika ada ahlul 'ilmu yang dengan bangga memperlihatkan kepiawaiannya dalam menumpuk harta benda duniawi, berbangga-bangga atas hal itu, menempelkan sejumlah dalil ayat dan hadits yang telah dimanipulasi maknanya dalam rangka membenarkan hawa nafsunya itu, dan menyerukan semua manusia untuk mengikuti pemikiran dan tindakannya itu. Na'udzubillahi min dzalik. Semoga Allah SWT melindungi kita dari jebakan-jebakan setan melalui pesona duniawi. Cukuplah nasehat bijak 'Umar bin Khathab, "Letakkan dunia di tanganmu, bukan di hatimu"

Tomy Saleh.Kalibata.21 Juli 2008.11:52wib.

Tidak ada komentar: