Pilih yang mana: jadi nasabah atau pemilik bank?

Bursa buku kaki lima di kawasan Senen, Jakarta Pusat, adalah salah satu tempat favorit dalam berburu buku terutama karena harganya yang cukup murah. Tidak hanya itu, tak jarang pula saya mendapatkan buku-buku langka yang sangat jarang dijual di toko-toko buku atau buku-buku yang sudah tidak dicetak lagi padahal dari segi isi, buku itu memberikan ilmu yang sangat berharga. Misalnya buku “The Federal Reserve, Monster Dari Jeckyll Island: Sebuah Studi Mendalam Tentang The Federal Reserve” karya Edward Griffin (Cet. 1, Juli 2003, Esok Press). Saya tidak hendak meresensi buku tersebut. Saya hanya ingin sedikit mengutip salah satu bagiannya. Di buku itu termuat pendahuluan yg menarik (font biru) sebagai berikut :

Tanya jawab di bawah ini pernah dipublikasikan di dalam majalah humor Inggris, Punch, pd tgl 3 April 1957. Di sini dicetak ulang sebagai pendahuluan dan latihan mental untuk melemaskan urat2 syaraf kita sebelum menghadapi kandunganmateri yg terdpt di dalam buku ini.

Tanya : Bank itu untuk apa sih?
Jawab : Untuk membuat uang.
Tanya : Uang untuk nasabah?
Jawab : Bukan. Untuk bank.
Tanya : Kok, iklan2nya tidak bilang begitu?
Jawab : Karena krg enak rasanya. Tapi bisa diketahui dgn melihat pd cadangan bank sekitar $249juta. Itu uang yg bank buat.
Tanya : Di luar nasabah?
Jawab : Saya kira begitu.
Tanya : Selain itu bank jg menyebutkan aktiva sekitar $500juta. Apakah itu uang yg bank buat juga?
Jawab : Tidak persis begitu. Itu adalah uang yg bank gunakan utk menciptakan uang kembali.
Tanya : O, begitu. Dan bank simpan uang itu di tempat yg aman?
Jawab : Sama sekali tidak, tapi bank pinjamkan kpd para nasabah.
Tanya : Kalau begitu uangnya belum ada dong?
Jawab : Belum.
Tanya : Jadi, aktiva $500juta itu apa?
Jawab : Lho, itu kan pasti akan jadi milik bank juga nantinya.
Tanya : Tapi bank ‘kan harus benar2 punya uang yg disimpan di tempat yg aman?
Jawab : Ya, biasanya kurang lebih $500juta. Ini dinamakan pasiva.
Tanya : Tapi kalau sdh didapatkan, knp disebut lg sbg pasiva?
Jawab : Karena uang itu bukan milik bank.
Tanya : Tapi, mengapa uang itu bisa ada di bank itu?
Jawab : Karena uang itu dipinjam dari para nasabah.
Tanya : Maksud anda, para nasabah meminjamkan uang kepada bank?
Jawab : Begitulah. Uang itu ditaruh di dalam rekening para nasabah, jadi uang itu benar2 dipinjam oleh bank.
Tanya : Lalu apa yg diperbuat oleh bank?
Jawab : Dipinjamkan kepada nasabah lain.
Tanya : Tadi anda katakan uang yg dipinjamkan kpd orang lain itu adalah aktiva?
Jawab : Ya.
Tanya : Jadi aktiva dan pasiva pastilah 2 hal yg sama?
Jawab : O, tidak persis seperti itu.
Tanya : Tadi anda bilang begitu. Kalau saya taruh $100 ke dalam rekening saya di bank itu, bank wajib mengembalikannya kepada saya, maka dinamakan pasiva. Bank itu lalu meminjamkan kepada orang lain, dan orang itu wajib mengembalikan kepada bank, maka uang itu dinamakan aktiva. Itu ‘kan uang $100 yg itu2 juga?
Jawab : Ya, tapi….
Tanya : Kalau uang itu kita hapus, maka artinya sama sekali dengan bank itu sbenarnya tak punya uang sama sekali?
Jawab : Secara teroritis…
Tanya : Okelah secara teoritis. Tapi, bila bank tidak punya uang, dari mana bank dapatkan cadangan sekitar $249juta yg tadi itu?
Jawab : Tadi sudah saya katakan bahwa uang itu sudah bank buat.
Tanya : Bagaimana caranya?
Jawab : Ya, ketika bank itu meminjamkan $100 uang anda kepada orang lain, bank bebankan orang itu dengan bunga.
Tanya : Berapa banyak?
Jawab : Tergantung pd tingkat bunga bank. Katakanlah 5.5%. Itulah keuntungan bank.
Tanya : Mengapa bunga itu bukan keuntungan saya? ‘kan itu uang saya?
Jawab : Ya begitulah cara kerja perbankan, bahwa….
Tanya : Waktu saya pinjamkan kepada bank itu $100 uang saya, knpa tidak saya bebankan bunga kepada bank?
Jawab : Lho, ‘kan itu anda lakukan.
Tanya : Anda tdk bilang begitu. Berapa banyak?
Jawab : Tergantung pd tingkat bunga bank. Katakanlah 0.5%.
Tanya : Tamak sekali…
Jawab : Itu bila anda tidak menarik kembali uang anda.
Tanya : Kalau begitu, lebih baik saya tarik uang saya dan saya kubur di halaman rumah saya…
Jawab : Tentu saja bank tidak akan senang.
Tanya : Mengapa td senang? Bila saya biarkan uang saya di bank, ‘kan itu jadi pasiva. Dengan begitu saya mengurangi beban kewajiban bank.
Jawab : Bukan begitu. Kalau anda hilangkan itu, ‘kan bank jadi tdk punya aktiva.
Tanya : Tapi kalau saya ingin menariknya kembali, bank harus mengizinkan?
Jawab : Sudah tentu.
Tanya : Tapi, kalau uang saya sedang dipinjamkan kepada orang lain?
Jawab : Bank akan mempersilahkan anda mengambil uang orang lainnya.
Tanya : Tapi, kalau orang itu jg ingin mengambil kmbali uangnya dan bank telah mengizinkan saya utk mengambilnya juga?
Jawab : Ah, anda berlagak pilon…
Tanya : Kalau begitu bisa gawat dong. Bagaimana kalau stiap orang ingin mengambil kembali uangnya serentak?
Jawab : Itu ‘kan teori. Dalam prakteknya ‘kan tdk begitu.
Tanya : Kalau begitu bank sudah berniat untuk tidak memenuhi komitmennya dong?
Jawab : Saya tdk bilang begitu.
Tanya : Tentu saja anda tdk akan bilang begitu. Cukup. Atau masih ada yg lain?
Jawab : Cukup sajalah. Anda skrg boleh pergi dan membuka sebuah rekening bank.
Tanya : Bolehkah satu pertanyaan lagi?
Jawab : Boleh.
Tanya : Saya pikir, apa tidak sebaiknya saya membuka bank saja?


Jadi anda pilih mana: mau jadi nasabah atau pemilik bank?

Tomy Saleh. Kalibata. 24 Juli 2008. 11:15WIB

Tidak ada komentar: