Beginilah cara mereka hadapi krisis hidup

Apakah kita pernah mengalami masa-masa sulit? Suatu masa di mana kita merasa dunia begitu sempit dan sesak. Kita merasa orang-orang menjauh. Tak ada bantuan. Semua daya upaya dan usaha yang kita kerjakan serasa menemui jalan buntu. Cinta, kesuksesan, kekayaan, dan kebahagiaan rasanya hanya ada dibuku dan sinetron. Dunia nyaris sepi dan senyap, yang ada cuma diri kita dan tekanan hidup. Sebahagian orang ada yang jadi gila. Sebahagian yang lain memilih gantung diri. Sebahagian yang lain jadi diam dan apatis. Ada pula yang memaki-maki Tuhan. Dan, tentu saja, ada yang bersabar sambil terus berusaha dan berbaik sangka terhadap Tuhan.

Apabila kita pernah seperti itu, maka ada baiknya kita lihat pengalaman nyata tiga orang tokoh berikut ini. Amat indah dijadikan hikmah untuk kita, yang sering merasa menjadi makhluk paling menderita dan diabaikan.

Tokoh yang pertama adalah Hajar. Beliau adalah istri Nabi Ibrahim AS. Suatu ketika Nabi Ibrahim AS membawa Hajar dan bayi mereka, Ismail, menuju ke suatu tempat yang sangat panas, kering kerontang, dan sepi. Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah tandus tersebut. Kita fikir tentu saja secara manusiawi hati siapa yang tidak gundah ditinggalkan begitu saja seorang diri di tempat asing tanpa tempat berteduh dan tanpa perbekalan yang cukup (mereka hanya berbekal kantong air dari kulit yang airnyapun tidak cukup banyak). Tapi Hajar adalah wanita beriman yang tenang dan pintar. Tanpa mendahulukan emosinya, beliau justru mengkonfirmasikan kepada sang suami apakah perbuatannya itu perintah Allah SWT. Dan setelah dipastikan bahwa itu adalah perintah Allah SWT, hati Hajar menjadi tenang dan merasa yakin bahwa Allah SWT pasti tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang beriman dan ikhlas kepadaNya.

Hajar tidak lantas duduk diam pasrah begitu saja sambil mengharapkan turunnya pertolongan dari langit. Kantong kulit kini berisi hawa dan Ismail merengek-rengek. Hajar melakukan sebuah upaya wajar seorang ibu. Beliau berjalan sejauh sekian meter dari bukit Safa ke Marwah untuk melihat-lihat apakah ada kafilah yang lewat untuk dimintai bantuannya sambil juga mencari-cari sesuatu untuk bisa menghilangkan dahaga dan mengganjal perut yang lapar. Perjalanan di tengah terik mentari itu dilakukan sebanyak tujuh kali bolak-balik dari Safa ke Marwa. Sungguh perjalanan yang meletihkan mengingat kondisi tubuh yang lapar dan dehidrasi.

Demi tidak didapatinya sesuatu apapun ketika mendekati Marwah, Hajar mendengar suara lalu beliau meminta pertolongan. Tiba-tiba ia mendapatkan Malaikat di tempat sumber air Zam-zam. Kemudian Malaikat itu menggali tanah dengan tumitnya. Ia membendung air dengan tangannya. Ia menciduk dan memasukkan air itu kekantongnya. Air itu terus mengalir deras setelah ia menciduknya. Kemudian ia meminum air itu dan menyusui anaknya. Lalu malaikat berkata kepadanya, "Janganlah engkau khawatir akan disia-siakan, karena di sini terdapat sebuah rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan bapaknya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menelantarkan penduduknya." Tidak hanya itu, beberapa waktu kemudian datanglah kafilah yang sedang melakukan perjalanan untuk meminta air tersebut. Pada akhirnya keluarga keturunan Ibarhim itu menetap di sana. Selanjutnya daerah itu berkembang hingga kini yang kita kenal sebagai kota Makkah di Saudi Arabia.

Hajar telah menunjukkan kepasrahan. Kondisinya cukup kritis. Tapi beliau ikhlas menerima kondisinya itu. Satu hal yang pasti beliau begitu yakin akan janji Allah SWT. Bahkan beliau mengatakan "...DIA tidak akan mengabaikan kami.". Hajar juga menjalankan sunnah kehidupan yaitu berusaha keras. Di sebuah daerah tandus dan panas, perbekalan telah habis, tidak ada manusia lain, dan kondisi fisik yang letih, beliau tetap berupaya keras mencari rizqi Allah SWT. Hajar juga tidak memiliki peralatan apapun. Rasanya mustahil untuk bisa bertahan hidup di tempat itu. Tapi keyakinan bahwa "DIA tidak akan mengabaikan kami" telah tertancap begitu kuat. Dalam kondisi terbatas (bahkan sangat terbatas) Hajar tetap yakin kepada Allah SWT, tetap istiqomah dalam kesabaran dan keimanan, dan tetap melakukan semua upaya yang maksimal yang bisa diperbuatnya. Hasilnya? Tanpa disangka tiada dikira, Allah SWT mengirimkan malaikatNya untuk mengeluarkan air Zam-zam dari perut bumi. Ini adalah pertolongan Allah SWT bagi hambaNya yang yakin denganNya dan terus melakukan amal sholeh.

Pertolongan Allah SWT muncul di saat-saat kritis dan di puncak sebuah ujian kesabaran yang luar biasa. Di saat energi sudah terkuras begitu banyak. Di saat bantuan dan pertolongan dari orang lain terlebih dari diri sendiri sudah nyaris tidak ada lagi. Hajar tetap konsisten dan itulah hasil konsistensinya. Sabar, tawakkal, dan tetap berusaha. Insya Allah, pertolonganNya datang kemudian. Tanpa kita tahu. Tanpa disangka-sangka.

Tokoh berikutnya adalah Nabi Musa AS. Ingat ketika Nabi Musa AS memimpin beribu-ribu kaum Bani Israel keluar dari Mesir? Bani Israel harus menghadapi fakta penindasan rasial. Penguasa Mesir, Fir'aun (ada yang menyebut bahwa saat itu Fir'aun yang berkuasa adalah Ramses II), memerintahkan penangkapan dan pembunuhan seluruh Bani Israel di Mesir. Nabi Musa AS lalu mengumpulkan seluruh Bani Israel lalu membawa mereka keluar dari Mesir. Fir'aun sangat murka mengetahui hal ini. Ia pun mengumpulkan seluruh bala tentaranya untuk mengejar lalu membunuh Bani Israel.

Nabi Musa AS memimpin sebuah kaum yang lemah dan miskin. Mereka meninggalkanMesir dengan perbekalan seadanya. Mereka dirundung rasa takut dan cemas. Masa depan seolah terlihat suram. Ternyata ujung dari perjalanan mereka adalah lautan lepas. Sudah letih tubuh berjalan. Hati diselimuti pula oleh takut dan keresahan. Kini di hadapan terhampar laut merah. Tanpa ada satu buahpun perahu yang akan membawa mereka ke seberang lautan menyelamatkan diri.

Kondisi sangat kritis. Di belakang, pasukan haus darah sedang mendekat cepat dan siap membantai mereka semua. Di depan, lautan yang luas dan dalam tanpa ada satu pun perahu yang berlayar di atasnya. Sekelilingnya juga hanya hamparan pasir pantai yang tidak ada manusia lain selain Bani Israel yang ketakutan. Senjata, kalaupun ada sungguh tidak memadai untuk melawan tentara Fir'aun. Dalam kondisi kalut seperti itu, Nabi Musa AS tetap tenang. Beliau tetap sabar. Dzikirnya kepada Allah SWT tiada terputus. Dalam kondisi terjepit antara hidup dan mati, Nabi Musa AS tidak kehilangan keyakinannya. Beliau tidak kehilangan akal sehat. Tawakkal beliau sangat tinggi kepada Allah SWT.

Pertolongan Allah SWT muncul dalam cara yang sangat tidak terduga. Laut merah terbelah dua sehingga menciptakan sebuah jalan yang bisa dilalui untuk menuju ke pantai seberang. Kejadian ini sungguh di luar akal sehat manusia. Tapi jika Allah sudah berkehendak, maka kun fayakun. Pertolongan Allah SWT diberikan bagi sesiapapun jua yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya yang bertaqwa. Singkat cerita selamatlah Nabi Musa AS dan kaumnya itu sampai ke tanah seberang dan laut merah itu menjadi kuburan bagi Fir'aun dan bala tentaranya.

Dalam kondisi kritis seperti itu, seorang Musa AS telah menunjukkan tawakkalnya. Ketika semua jalan menemui ujung yang buntu. Ketika semua jalur ikhtiari sudah ditempuh dan hasilnya nihil. Orang yang bertaqwa tidak putus asa karena hal itu adalah perbuatan orang-orang kafir. Orang yang bertaqwa bersandar pada Allah SWT. Maka ketika daya upayanya sudah optimal dan hasilnya masih gelap, maka ia menyandarkan sepenuhnya pada Allah SWT. Dzikir dan doa dilantunkan sebagai tanda kepasrahan dan tawakkal. Maka hasilnya datanglah pertolongan Allah SWT. Lagi-lagi dalam bentuk yang tidak disangka-sangka. Di luar perkiraan akal fikiran manusia. Dan lagi-lagi, pertolongan itu muncul di saat-saat kritis dan ketika kita mampu mengatur emosi dan fikiran tetap jernih. Tetap sabar. Tetap istiqomah. Tetap dzikir dan doa. Tetap berupaya semaksimal mungkin. Pertolongan Allah SWT datang begitu saja bersamaan dengan semua hal itu.

Tokoh yang terakhir adalah Maryam ibunda Nabi Isa AS. Sudah termasyhur bahwa Maryam adalah wanita beriman dan berkedudukan terhormat di sisi Allah SWT. Akhlaqnya mulia, kepribadiannya tanpa cela. Suatu ketika taqdir Allah SWT berlaku atas dirinya sebagai bukti kekuasaanNya di alam semesta. Maryam hamil tanpa ada satupun pria yang menikahi dan menggaulinya. Akhirnya lahirlah Isa. Usai melahirkan, kondisi fisik Maryam sangat letih dan sakit. Secara manusiawi, Maryam mengeluh. Tapi malaikat Jibril memberinya motivasi dan semangat. Jibril memintanya untuk tidak bersedih hati, karena Allah telah memberinya karunia berupa rizqiNya. Letih, lapar, dan membutuhkan asupan makanan. Maryam diminta menggoyang pohon korma agar bisa jatuh buahnya. Secara logika, wanita yang letih setelah melahirkan jangankan menggoyang pohon korma, bahkan berjalan pun nyaris tidak sanggup. Tapi Maryam melakukannya juga. Ternyata baru disentuh saja pohon korma itu menjatuhkan buah-buah korma segar. Tanpa perlu digoyang.

Lagi-lagi Allah SWT memperlihatkan kuasaNya. DiujiNya manusia untuk mengetahui sampai sejauh mana kadar ketaatan itu terpateri dalam diri. Wanita lemah dalam kondisi sakit diminta untuk menggoyang pohon korma, karena di atas pohon itulah bertengger buah korma sebagai makanannya. Logika dikalahkan oleh keimanan. Maryam memilih untuk mencoba menggoyang pohon korma. Hasil dari ketaatan dan upaya optimalnya, Allah SWT memberikan pertolongan. Cukup tersentuh saja, pohon korma itu menjatuhkan buahnya. Allah SWT memerintahkan manusia untuk melakukan ikhtiar sedemikian rupa. Dilakukan seoptimal mungkin. Lalu hasilnya berupa pertolongan Allah SWT akan tiba begitu saja.

Dari kisah ketiga tokoh tersebut kita bisa melihat benang hijaunya. Mereka sama-sama mengalami sebuah kondisi yang payah. Dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Mereka juga menunjukkan keistiqomahan dan kesabarannya. Mereka tetap menempuh semua jalan usaha. Mereka tetap optimal dalam memenuhi syarat sunnatullah. Dzikir dan doa membuat jiwa menjadi tenang. Sabar membuat hati tetap tegar. Mereka terus berbuat dan berbuat. Kondisi sulit tidak menjadikan mereka berdiam diri. Tidak pula membuat frustrasi. Ikhtiar dan tawakkal jadi kunci.

Jadi bagaimana kondisi kita saat ini? Susah? Sempit? Sumpek? Tentunya kita tahu apa yang harus kita lakukan.

Semoga Allah SWT memasukkan kita semua ke dalam golongan hambaNya yang bertaqwa. Amin yaa Rabbal 'alamiin. Wallahu a'lam bisshowwab.

Tomy Saleh.Kalibata.30 Oktober 2008. 18:39WIB

Dua Tips Sholat Khusyu'

Bulan ramadhan 1429H kemarin (bertepatan dengan bulan September 2008) menyisakan banyak hal bagi saya. Salah satunya adalah ilmu melalui kegiatan Kajian Jelang Berbuka Puasa yang rutin saya ikuti di masjid kantor. Ustadz DR. Amir Faishol Fath tampil sebagai pembicara dalam Kajian Jelang Berbuka. Hal yang saya ingat dari ceramah beliau adalah mengenai tips sholat khusyu'.

Selama ini, sholat khusyu' adalah sesuatu yang sulit dan berat untuk dilakukan. Berkembang pula sebuah pemikiran bahwa sholat khusyu' hanya milik kaum sufi atau orang-orang tertentu (para wali, ulama, kiyai, habib, dan ustadz). Hanya merekalah yang bisa melakukan sholat khusyu', karena mereka memang secara khusus studi di bidang itu (bidang agama). Sedangkan masyarakat biasa (yang tidak sekolah di sekolah khusus agama) sulit untuk bisa khusyu'. Bahkan tidakperlu untuk khusyu'. Pemikiran di atas bila dikembangkan lebih lanjut akan membuat masyarakat menjadi acuh tak acuh terhadap keberislaman dirinya. Padahal sholat khusyu' adalah hak (dan kewajiban?) bagi sesiapapun jua. Sholat yang khusyu' insya Allah merupakan tanda dari sholat yang berkualitas. Sholat yang berkualitas inilah yang diperintahkan Allah SWT kepada kita semua. Dampaknya adalah diri kita lebih tentram, tenang, terpelihara dari perbuatan keji dan munkar, semangat untuk amal sholeh, serta (insya Allah) masuk ke dalam surgaNya yang seluas langit dan bumi.

Siapa sangka ternyata sholat khusyu itu sedemikian mudah dan sederhana. DR. Amir Faishol Fath, dalam kajiannya menyampaikan bahwa sholat khusyu' itu cukup dua syaratnya.

Pertama sholatnya sesuai ketentuan. Syarat dan rukun sholat semuanya harus dipenuhi sesuai dengan petunjuk dari Al Qur-an dan Al Hadits. Tidak boleh menyimpang barang sedikitpun. Ini sesuai dengan perintah Nabi, "Sholatlah kalian sebagaimana aku sholat." (Al Hadits). Maka semua syarat, rukun, dan gerakan serta posisi dalam sholat haruslah sesuai benar dengan petunjuk Nabi. Hal ini bisa dilihat dibuku-buku hadits atau buku-buku fiqih atau buku panduan sholat (misalnya buku "Shifat Sholat Nabi" yang ditulis oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani, rahimahullah). Pastikan terlebih dahulu sholat kita sesuai dengan ketentuan syariat. Silahkan kita pelajari buku-buku yang ada atau yang terbaik adalah mengaji pada seorang ahli dalam hal ini.

Kedua bacaannya tepat dan tidak terburu-buru dalam membacanya. Semua bacaan dalam sholat haruslah tepat dan terucap semua hurufnya oleh lidah kita. Untuk itu kita dituntut untuk membacanya secara perlahan. Dengan membacanya secara perlahan hal ini akan menimbulkan efek ketenangan dan mudah bagi kita untuk menyerap makna bacaan kita. Bila kita membacanya secara cepat dan terburu-buru, maka sulit untuk bisa memahami, apalagi menikmati. Membaca secara tepat dan perlahan ini tidak mesti menunggu kita hafal makna bacaannya. Bacalah secara tepat dan perlahan sekalipun kita belum memahami artinya. Tentu saja sesudahnya kita perlu untuk memperlajari arti bacaan sholat kita supaya kita benar-benar paham akan maknanya dan bisa menyerapnya dalam jiwa.

Demikianlah tips sholat khusyu' dari DR. Amir Faishol Fath. Menurut saya ini sangat sederhana dan bisa langsung kita praktekkan. Jadi sholat khusyu' bukan lagi "monopoli" santri, ustadz, kiyai, habib, sufi, atau entah apalagi julukannya. Dengan sholat yang khusyu', insya Allah kualitas sholat kita akan bagus yang pada akhirnya akan membawa keberkahan dan rahmat Allah di dunia dan akhirat. Semoga saya dan anda termasuk dalam golongan orang-orang yang sholatnya khusyu'.

Wallahu A'lam Bisshowab

Tomy Saleh. Kalibata. 14 Oktober 2008. 15:57WIB

Dua Pemandangan Indah

Bagi sebahagian besar orang, pemandangan indah adalah alam gunung, lembah, hutan, pedesaan permai, pantai yang bersih, laut yang tenang dan bening. Bisa dimaklumi. Saya juga menyukai pemandangan indah tersebut. Itu adalah karunia Allah SWT. Bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Kita hanya bisa menatap, merasa takjub, dan memuji dan mengagungkan Allah SWT. Setelah itu tentu saja mempergunakan karunia tersebut di jalan Allah. Mengolahnya dengan ketentuan dan petunjuk ilahiyah dalam rangka beribadah dan menjalankan fungsi manusia sebagai khalifah. Bila tidak disyukuri dan diolah dengan petunjuk robbani, maka pemandangan indah itu berubah jadi pemandangan horror. Kita sudah bisa menyaksikannya langsung sekarang-sekarang ini. Lihatlah kasus global warming. Tulisan ini bukan hendak membahas alam dan global warming.

Bagi saya ada dua lagi pemandangan indah yang bukan monopoli alam bebas seperti di atas. Pemandangan indahnya sangat sederhana dan (relatif sangat) mudah ditemui di mana saja. Pertama adalah orang-orang yang merapatkan punggung telapak kakinya dan bahunya dalam satu barisan menghadap kiblat dalam sholat berjama'ah. Itu adalah pemandangan yang juga indah. Yang membuatnya indah adalah tampaknya nilai-nilai keadilan di dalam sholat berjama'ah. Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan sama. Lemah, telanjang, tiada punya apa-apa, dan amat sangat tergantung oleh orang lain (yaitu ibunda). Ketika kelak mati pun keadaan manusia sama. Tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya ketika hidup di dunia manusia itu kemudian (sadar ataupun tidak) membuat standard-standard tertentu, sehingga manusia yang satu dengan yang lainnya terkotak-kotak dalam hal status sosial dan level ekonomi. Persaingan dalam meraih derajat yang tinggi (menurut ukuran manusia sendiri) dalam hal status sosial dan level ekonomi, begitu ketat dan keras. Tak pelak lagi hal ini menimbulkan friksi, kecemburuan, bahkan memicu kekerasan dan teror.

Dalam sholat berjama'ah semua hal di atas dihilangkan oleh Allah SWT. Semua manusia disamakan. Sama-sama menundukkan hatinya, menundukkan punggungnya, meletakkan wajahnya di tanah atau lantai, membisikkan dzikir dan doa, dan mengikuti satu perintah dan arahan dari sang imam. Jendral dan prajurit melakukan hal yang sama. Presiden Direktur dan office boy melakukan hal yang sama. Konglomerat kaya dan tukang somay keliling melakukan hal yang sama. Dosen dan mahasiswa melakukan hal yang sama. Orang tua dan anak muda juga melakukan hal yang sama. Wajah presiden dengan wajah rakyat miskin sama-sama ditempelkan ke tanah dengan posisi yang lebih rendah dari telapak kaki. Hilanglah sekat-sekat status sosial dan level ekonomi. Yang ada adalah kebersamaan. Saling mendoakan keselamatan dalam ucapan salam. Semua menghadap Tuhan yang sama: Allah SWT. Saya (dan teman-teman) pernah sholat berjama'ah bersama dengan polisi (atau tentara) bersenjata, padahal di luar masjid kami adalah peserta demonstrasi dan polisi (atau tentara) tersebut bertugas menjaga atau mengawal demonstran supaya tidak melakukan anarkisme. Tidak jarang antara kami dan polisi (atau tentara) bersitegang. Tapi di masjid, suasananya beda. Tidak ada ketegangan, yang ada ketenangan. Inilah yang saya rasakan sebagai pemandangan indah.

Pemandangan indah lainnya yang juga indah adalah ibu yang menggendong bayinya dengan penuh kasih sayang. Saya pernah membaca sebuah tulisan yang di situ dikutip sebuah hadits yang menyebutkan bahwa
"Allah menciptakan rahmat menjadi seratus bagian, kemudian menetapkan 99 bagian di sisi-Nya dan menyempurnakan satu bagian inilah semua makhluk saling mengasihi, hingga seekor kuda mengangkat kaki dari anaknya karena khawatir menginjaknya." (HR. Bukhari & Muslim). Hanya dengan satu rahmatNya saja di muka bumi ini, kita bisa menyaksikan sebuah konser akbar kasih sayang (baiklah, hal itu sering tertutupi oleh kezaliman manusia). Saya melihatnya sebagai keindahan yang meneduhkan hati. Si bayi dengan wajah polos lucu tanpa dosa begitu tenang, aman, dan nyaman dalam pelukan hangat ibunda. Sesekali ibunda bercakap-cakap dengan si bayi. Atau menunjukkan wajah badutnya untuk membuat tersenyum dan tertawa si bayi. Atau mendendangkan lagu-lagu yang mampu menenangkan si bayi bila ia gelisah. Sesekali pula si bayi meraba-raba wajah sang ibunda sambil tersenyum dan tertawa. Atau ia menangis meraung-raung lalu sang ibunda menggoyang-goyangkan gendongannya atau mengipas-ngipaskan udara sejuk atau mendendangkan lagu untuk menentramkannya. Alangkah indahnya pemandangan ini. Saya sering berdoa untuk si bayi bila menjumpai pemandangan ini.

Pemandangan indah tidak mesti berada jauh dari keseharian kita. Ia hadir kapan saja. Bahkan sudah ada di situ. Barangkali mata hati kita yang belum mampu menyibak keindahan-keindahan tersebut. Semoga saya dan anda termasuk dalam golongan orang-orang yang tajam bashirah (mata hati). Amin.

Tomy Saleh. Kalibata. 13 Oktober 2008. 14:51WIB.

Berbagai Koleksi si Tom-tom

Kalo ditanya apa hobby saya, mesti saya akan jawab baca dan ngoleksi buku. Ini hobby yang diwarisi oleh almarhum Papa (semoga Allah mengampuninya, melapangkan kuburnya, dan merahmatinya). Sejak masih balita saya sudah ditanamkan kebiasaan membaca. Bahkan sebelum masuk (sekolah) TK saya sudah bisa membaca (alhamdulillah). Saya (waktu itu) biasa membaca headline berita harian KOMPAS keras-keras.

Koleksi buku pertama saya adalah komik. Maklum anak-anak. Komik yang saya miliki adalah Kisah Petualangan Tintin (seluruh serialnya), Kisah Pewayangan-nya R.A. Kosasih (Serial Mahabarata, serial Baratayudha, Jakawana, dan Ramayana), Kisah Batman & Superman (terbitan detective comic), Dagelan petruk-gareng, dan beberapa komik lagi yang saya tidak ingat jelas. Ketika saya remaja, semua komik itu saya berikan ke anaknya teman ibu saya. Dengan harapan dia bisa ada hiburan dengan komik-komik tersebut (yang belum tentu bisa dibelikan oleh orang tuanya, mengingat kondisi perekomian mereka waktu itu). Tempo hari saya berkunjung ke pameran buku. Di sana ada counter yang menjual komik Tintin. Satu set serial komplitnya dibanderol 800rb-an...!! Betapa mahalnya... Jadi berpikir, apakah anaknya teman mama saya itu masih menyimpan komik Tintinnya? Andai ia tahu nilainya sekarang...

Menginjak usia remaja, tepatnya ketika saya sekolah SMA, koleksi buku saya mulai lebih serius. Saya waktu itu aktif di kegiatan kerohanian Islam, maka koleksi buku saya tidak jauh-jauh dari bidang aktivitas saya itu. Satu demi satu saya membeli buku-buku Islam. Tak terasa buku itu mulai banyak. Saya menyusunnya di lemari kecil di tempat tidur saya (lemari kecil yang attached dengan tempat tidur saya).

Menginjak usia kuliah, koleksi buku saya semakin bertambah dan tidak hanya tema Islam, tapi merambah ke berbagai tema, mulai dari ekonomi, teknik elektro (saya kuliah di bidang ini), politik, budaya, sastra, sosial, sejarah, dan lain-lain. Ditambah pula dengan koleksi buku-buku papa yang juga kaya akan tema dan cukup berkelas. Bahkan papa mengoleksi buku-buku yang usianya sudah tua. Yang tertua adalah cetakan tahun 1934 (sebuah buku tentang kumpulan prosa melayu kuno). Cetakan era '40-an, '50-an, dan '60-an juga ada beberapa buah. Di antara koleksi papa: novel-novel seperti: Musashi, Senopati Pamungkas, Shogun, Noble House, beberapa karya Frederick Forsyth, beberapa karya Sidney Sheldon, beberapa karya Karl May dan lain-lain. Selain novel juga ada buku sejarah seperti sejarah banten dan cirebon, kisah sultan iskandar muda, biografi Yasser Arafat, dan lain.

Adik-adik saya (Diyah dan Sally) juga mengoleksi buku. Utamanya adalah novel dan komik jepang. Di antara novel-novel mereka adalah serial chicklit, Harry Potter, Septimus Hype, dan lain-lain. Di antara komik yang mereka miliki paling banyak adalah serial cantik.

Supaya lebih terkontrol, saya menyusun katalog buku-buku itu. Saya membaginya dalam lima kategori (kategori ini berdasarkan buku "Tsaqofah Da'iyah" karya Prof. Abdullah Nashih 'Ulwan) yaitu : Islam, Sejarah, Bahasa & Sastra, Humaniora (poleksosbudhankam), dan Wawasan Ilmiah. Saya bahkan mulai memberi nama koleksi itu dengan "Perpustakaan Ali Bin Abi Thalib". Lengkap dengan stempelnya. Buku-buku yang berukuran tebal, jika masih berupa softcover saya ganti dengan hardcover supaya lebih tahan lama (untuk ini saya meminta bantuan kepada tukang kertas atau tukang fotokopi, biayanya belasan ribu rupiah). Nyaris semua buku saya beri sampul plastik mika supaya tidak rusak.

Sejak pindah rumah (tahun 2002) semua buku itu disimpan dalam kardus. Aktivitas beli buku terus berlanjut. Buku-buku baru itu makin lama makin banyak dan tergeletak di berbagai lokasi (di meja komputer, di meja rias, di kursi, bahkan di atas lemari baju). Baru beberapa waktu yang lalu (akhir september 2008), semua buku itu keluar kandang setelah enam tahun bersemayam di kardusnya. Untuk mereka semua itu saya sudah membelikan dua buah lemari buku (tinggi 160cm, lebar 50cm, dan terdiri dari 4 rak). Alhamdulillah lemari-lemari itu tidak cukup untuk menampung semua koleksi buku tersebut (diperkirakan jumlahnya beratus-ratus). Saya memperkirakan masih dibutuhkan setidaknya dua buah lemari lagi dengan ukuran yang sama. Tapi masih terbentur dengan lokasi penempatannya, maklum rumah kontrakan yang kami tempati tidak begitu luas. Jadi sisa buku yang belum dapat tempat di rak buku, masih setia menumpuk di space sisa rak buku dan juga di salah satu kursi di meja makan (kursi itu full book...)

Fakta yang menyedihkan adalah beberapa koleksi buku itu ada yang hilang. Di antaranya novel-novel serial western karya DR. Karl May, seperti Llano Estacado, Winnetou, Old Shatterhand, dan Pemburu Binatang Berbulu Tebal Di Rio Pecos. Juga beberapa buku lain yang tempo hari saya pinjamkan ke beberapa teman tapi tidak pernah dikembalikan lagi. Saya sangat menyesalkan hal ini. Sehingga saya terpikir untuk menempelkan tulisan "Buku Ini Hanya Untuk Dibaca Di Sini" besar-besar di rak buku saya. Rasanya kok seperti yang alm. Papa katakan: "Orang yang meminjamkan buku adalah orang bodoh. Tapi orang yang mengembalikan buku yang dipinjam adalah lebih bodoh lagi"... he he he...

Saking gemar akan hobi ini saya selalu menantikan tiga book event setiap tahun: Islamic Book Fair, Pesta Buku Jakarta, dan Indonesia Book Fair. Semuanya diselenggarakan oleh IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) di Istora Senayan atau di Jakarta Convention Center. Kenapa saya nantikan? Karena saat itulah harga buku didiskon besar-besaran. Kapan lagi bisa beli buku murah? He he he...

Oh iya selain buku, koleksi kepustakaan saya juga meliputi kliping, makalah seminar, bahkan diktat kuliah dan kursus (saya pernah kursus programming computer)

Itu mengenai buku. Selain buku, belakangan saya juga mengoleksi film. Ya, saya senang menonton film. Dibandingkan dengan bioskop, saya lebih nyaman nonton di rumah karena bisa lebih bebas. Film yang saya koleksi macam-macam, di antaranya film-film bertema mafia seperti trilogi The Godfather, Goodfellas, The Untouchables, Donnie Brasco, Casino, The Sopranos, Analyze That, Mobsters, dan lain-lain. Film drama juga ada misalnya Little Buddha, The Last Emperror, Paris I Love You, dan lain-lain. Film fantasi tak ketinggalan dikoleksi seperti Harry Potter, trilogi The Lord Of The Ring, dan Pan's Labirynth. Dan film-film lainnya. Berbeda dengan buku, koleksi film itu belum terlalu ditangani sebagaimana menangani koleksi buku. Paling-paling baru dibelikan kotak DVD-nya. Lagipula, hampir semua koleksi film itu adalah bajakan... (memalukan ya...? :-( )

Koleksi saya yang lainnya adalah cuff link. Apaan tuh? Bahasa Indonesianya adalah kancing manset. Sejak membaca beberapa majalah mode yang di situ ditampilkan mode-mode pakaian pria, ada yang di antaranya melengkapi busananya dengan detail cuff link tersebut, saya lihat sepertinya cukup keren bila ujung lengan panjang kemeja dihiasi benda itu. Ternyata alm. Papa juga punya cuff link. Cuff link warisan Papa berwarna emas bentuknya bulat dan ada relief perahu layar. Ada rantainya pula. Selain itu saya juga membeli cuff link saya sendiri. Yang pertama adalah sebuah cuff link bulat berlapir chrom dengan relief logo dunhill. Lalu saya juga punya yang bentuk persegi panjang dan ada grafir mont blanc. Waktu ultah saya februari 2008 lalu adik saya memberikan hadiah sepasang cuff link bentuk bujur sangkar berlapis chrom yang di tengahnya ada hiasan mirip batu (terbuat dari plastik) yang biasa dipakai di cincin. Semua cuff link (kecuali warisan alm. Papa) itu dibeli di sebuah toko kecil di salah satu mall di jakarta selatan dengan harga beberapa puluh ribu. Di toko-toko fashion terkenal sepasang cuff link bisa dihargai lebih dari setengah juta rupiah.

Alm. Papa memiliki koleksi dasi dan cincin. Koleksi cincinnya ada dua kotak kecil (khusus untuk menyimpan cincin). Berhubung saya belum terbiasa mengenakan cincin (walaupun saya diberikan sebuah cincin oleh alm. Papa) dan dasi, maka untuk sementara koleksi itu belum menjadi koleksi saya.

Demikian kisah koleksi-koleksi seorang Tomy Saleh.

Tomy Saleh.Kalibata.10 Oktober 2008.16:16WIB