Berbagai Koleksi si Tom-tom

Kalo ditanya apa hobby saya, mesti saya akan jawab baca dan ngoleksi buku. Ini hobby yang diwarisi oleh almarhum Papa (semoga Allah mengampuninya, melapangkan kuburnya, dan merahmatinya). Sejak masih balita saya sudah ditanamkan kebiasaan membaca. Bahkan sebelum masuk (sekolah) TK saya sudah bisa membaca (alhamdulillah). Saya (waktu itu) biasa membaca headline berita harian KOMPAS keras-keras.

Koleksi buku pertama saya adalah komik. Maklum anak-anak. Komik yang saya miliki adalah Kisah Petualangan Tintin (seluruh serialnya), Kisah Pewayangan-nya R.A. Kosasih (Serial Mahabarata, serial Baratayudha, Jakawana, dan Ramayana), Kisah Batman & Superman (terbitan detective comic), Dagelan petruk-gareng, dan beberapa komik lagi yang saya tidak ingat jelas. Ketika saya remaja, semua komik itu saya berikan ke anaknya teman ibu saya. Dengan harapan dia bisa ada hiburan dengan komik-komik tersebut (yang belum tentu bisa dibelikan oleh orang tuanya, mengingat kondisi perekomian mereka waktu itu). Tempo hari saya berkunjung ke pameran buku. Di sana ada counter yang menjual komik Tintin. Satu set serial komplitnya dibanderol 800rb-an...!! Betapa mahalnya... Jadi berpikir, apakah anaknya teman mama saya itu masih menyimpan komik Tintinnya? Andai ia tahu nilainya sekarang...

Menginjak usia remaja, tepatnya ketika saya sekolah SMA, koleksi buku saya mulai lebih serius. Saya waktu itu aktif di kegiatan kerohanian Islam, maka koleksi buku saya tidak jauh-jauh dari bidang aktivitas saya itu. Satu demi satu saya membeli buku-buku Islam. Tak terasa buku itu mulai banyak. Saya menyusunnya di lemari kecil di tempat tidur saya (lemari kecil yang attached dengan tempat tidur saya).

Menginjak usia kuliah, koleksi buku saya semakin bertambah dan tidak hanya tema Islam, tapi merambah ke berbagai tema, mulai dari ekonomi, teknik elektro (saya kuliah di bidang ini), politik, budaya, sastra, sosial, sejarah, dan lain-lain. Ditambah pula dengan koleksi buku-buku papa yang juga kaya akan tema dan cukup berkelas. Bahkan papa mengoleksi buku-buku yang usianya sudah tua. Yang tertua adalah cetakan tahun 1934 (sebuah buku tentang kumpulan prosa melayu kuno). Cetakan era '40-an, '50-an, dan '60-an juga ada beberapa buah. Di antara koleksi papa: novel-novel seperti: Musashi, Senopati Pamungkas, Shogun, Noble House, beberapa karya Frederick Forsyth, beberapa karya Sidney Sheldon, beberapa karya Karl May dan lain-lain. Selain novel juga ada buku sejarah seperti sejarah banten dan cirebon, kisah sultan iskandar muda, biografi Yasser Arafat, dan lain.

Adik-adik saya (Diyah dan Sally) juga mengoleksi buku. Utamanya adalah novel dan komik jepang. Di antara novel-novel mereka adalah serial chicklit, Harry Potter, Septimus Hype, dan lain-lain. Di antara komik yang mereka miliki paling banyak adalah serial cantik.

Supaya lebih terkontrol, saya menyusun katalog buku-buku itu. Saya membaginya dalam lima kategori (kategori ini berdasarkan buku "Tsaqofah Da'iyah" karya Prof. Abdullah Nashih 'Ulwan) yaitu : Islam, Sejarah, Bahasa & Sastra, Humaniora (poleksosbudhankam), dan Wawasan Ilmiah. Saya bahkan mulai memberi nama koleksi itu dengan "Perpustakaan Ali Bin Abi Thalib". Lengkap dengan stempelnya. Buku-buku yang berukuran tebal, jika masih berupa softcover saya ganti dengan hardcover supaya lebih tahan lama (untuk ini saya meminta bantuan kepada tukang kertas atau tukang fotokopi, biayanya belasan ribu rupiah). Nyaris semua buku saya beri sampul plastik mika supaya tidak rusak.

Sejak pindah rumah (tahun 2002) semua buku itu disimpan dalam kardus. Aktivitas beli buku terus berlanjut. Buku-buku baru itu makin lama makin banyak dan tergeletak di berbagai lokasi (di meja komputer, di meja rias, di kursi, bahkan di atas lemari baju). Baru beberapa waktu yang lalu (akhir september 2008), semua buku itu keluar kandang setelah enam tahun bersemayam di kardusnya. Untuk mereka semua itu saya sudah membelikan dua buah lemari buku (tinggi 160cm, lebar 50cm, dan terdiri dari 4 rak). Alhamdulillah lemari-lemari itu tidak cukup untuk menampung semua koleksi buku tersebut (diperkirakan jumlahnya beratus-ratus). Saya memperkirakan masih dibutuhkan setidaknya dua buah lemari lagi dengan ukuran yang sama. Tapi masih terbentur dengan lokasi penempatannya, maklum rumah kontrakan yang kami tempati tidak begitu luas. Jadi sisa buku yang belum dapat tempat di rak buku, masih setia menumpuk di space sisa rak buku dan juga di salah satu kursi di meja makan (kursi itu full book...)

Fakta yang menyedihkan adalah beberapa koleksi buku itu ada yang hilang. Di antaranya novel-novel serial western karya DR. Karl May, seperti Llano Estacado, Winnetou, Old Shatterhand, dan Pemburu Binatang Berbulu Tebal Di Rio Pecos. Juga beberapa buku lain yang tempo hari saya pinjamkan ke beberapa teman tapi tidak pernah dikembalikan lagi. Saya sangat menyesalkan hal ini. Sehingga saya terpikir untuk menempelkan tulisan "Buku Ini Hanya Untuk Dibaca Di Sini" besar-besar di rak buku saya. Rasanya kok seperti yang alm. Papa katakan: "Orang yang meminjamkan buku adalah orang bodoh. Tapi orang yang mengembalikan buku yang dipinjam adalah lebih bodoh lagi"... he he he...

Saking gemar akan hobi ini saya selalu menantikan tiga book event setiap tahun: Islamic Book Fair, Pesta Buku Jakarta, dan Indonesia Book Fair. Semuanya diselenggarakan oleh IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) di Istora Senayan atau di Jakarta Convention Center. Kenapa saya nantikan? Karena saat itulah harga buku didiskon besar-besaran. Kapan lagi bisa beli buku murah? He he he...

Oh iya selain buku, koleksi kepustakaan saya juga meliputi kliping, makalah seminar, bahkan diktat kuliah dan kursus (saya pernah kursus programming computer)

Itu mengenai buku. Selain buku, belakangan saya juga mengoleksi film. Ya, saya senang menonton film. Dibandingkan dengan bioskop, saya lebih nyaman nonton di rumah karena bisa lebih bebas. Film yang saya koleksi macam-macam, di antaranya film-film bertema mafia seperti trilogi The Godfather, Goodfellas, The Untouchables, Donnie Brasco, Casino, The Sopranos, Analyze That, Mobsters, dan lain-lain. Film drama juga ada misalnya Little Buddha, The Last Emperror, Paris I Love You, dan lain-lain. Film fantasi tak ketinggalan dikoleksi seperti Harry Potter, trilogi The Lord Of The Ring, dan Pan's Labirynth. Dan film-film lainnya. Berbeda dengan buku, koleksi film itu belum terlalu ditangani sebagaimana menangani koleksi buku. Paling-paling baru dibelikan kotak DVD-nya. Lagipula, hampir semua koleksi film itu adalah bajakan... (memalukan ya...? :-( )

Koleksi saya yang lainnya adalah cuff link. Apaan tuh? Bahasa Indonesianya adalah kancing manset. Sejak membaca beberapa majalah mode yang di situ ditampilkan mode-mode pakaian pria, ada yang di antaranya melengkapi busananya dengan detail cuff link tersebut, saya lihat sepertinya cukup keren bila ujung lengan panjang kemeja dihiasi benda itu. Ternyata alm. Papa juga punya cuff link. Cuff link warisan Papa berwarna emas bentuknya bulat dan ada relief perahu layar. Ada rantainya pula. Selain itu saya juga membeli cuff link saya sendiri. Yang pertama adalah sebuah cuff link bulat berlapir chrom dengan relief logo dunhill. Lalu saya juga punya yang bentuk persegi panjang dan ada grafir mont blanc. Waktu ultah saya februari 2008 lalu adik saya memberikan hadiah sepasang cuff link bentuk bujur sangkar berlapis chrom yang di tengahnya ada hiasan mirip batu (terbuat dari plastik) yang biasa dipakai di cincin. Semua cuff link (kecuali warisan alm. Papa) itu dibeli di sebuah toko kecil di salah satu mall di jakarta selatan dengan harga beberapa puluh ribu. Di toko-toko fashion terkenal sepasang cuff link bisa dihargai lebih dari setengah juta rupiah.

Alm. Papa memiliki koleksi dasi dan cincin. Koleksi cincinnya ada dua kotak kecil (khusus untuk menyimpan cincin). Berhubung saya belum terbiasa mengenakan cincin (walaupun saya diberikan sebuah cincin oleh alm. Papa) dan dasi, maka untuk sementara koleksi itu belum menjadi koleksi saya.

Demikian kisah koleksi-koleksi seorang Tomy Saleh.

Tomy Saleh.Kalibata.10 Oktober 2008.16:16WIB

Tidak ada komentar: