Beginilah cara mereka hadapi krisis hidup

Apakah kita pernah mengalami masa-masa sulit? Suatu masa di mana kita merasa dunia begitu sempit dan sesak. Kita merasa orang-orang menjauh. Tak ada bantuan. Semua daya upaya dan usaha yang kita kerjakan serasa menemui jalan buntu. Cinta, kesuksesan, kekayaan, dan kebahagiaan rasanya hanya ada dibuku dan sinetron. Dunia nyaris sepi dan senyap, yang ada cuma diri kita dan tekanan hidup. Sebahagian orang ada yang jadi gila. Sebahagian yang lain memilih gantung diri. Sebahagian yang lain jadi diam dan apatis. Ada pula yang memaki-maki Tuhan. Dan, tentu saja, ada yang bersabar sambil terus berusaha dan berbaik sangka terhadap Tuhan.

Apabila kita pernah seperti itu, maka ada baiknya kita lihat pengalaman nyata tiga orang tokoh berikut ini. Amat indah dijadikan hikmah untuk kita, yang sering merasa menjadi makhluk paling menderita dan diabaikan.

Tokoh yang pertama adalah Hajar. Beliau adalah istri Nabi Ibrahim AS. Suatu ketika Nabi Ibrahim AS membawa Hajar dan bayi mereka, Ismail, menuju ke suatu tempat yang sangat panas, kering kerontang, dan sepi. Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah tandus tersebut. Kita fikir tentu saja secara manusiawi hati siapa yang tidak gundah ditinggalkan begitu saja seorang diri di tempat asing tanpa tempat berteduh dan tanpa perbekalan yang cukup (mereka hanya berbekal kantong air dari kulit yang airnyapun tidak cukup banyak). Tapi Hajar adalah wanita beriman yang tenang dan pintar. Tanpa mendahulukan emosinya, beliau justru mengkonfirmasikan kepada sang suami apakah perbuatannya itu perintah Allah SWT. Dan setelah dipastikan bahwa itu adalah perintah Allah SWT, hati Hajar menjadi tenang dan merasa yakin bahwa Allah SWT pasti tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang beriman dan ikhlas kepadaNya.

Hajar tidak lantas duduk diam pasrah begitu saja sambil mengharapkan turunnya pertolongan dari langit. Kantong kulit kini berisi hawa dan Ismail merengek-rengek. Hajar melakukan sebuah upaya wajar seorang ibu. Beliau berjalan sejauh sekian meter dari bukit Safa ke Marwah untuk melihat-lihat apakah ada kafilah yang lewat untuk dimintai bantuannya sambil juga mencari-cari sesuatu untuk bisa menghilangkan dahaga dan mengganjal perut yang lapar. Perjalanan di tengah terik mentari itu dilakukan sebanyak tujuh kali bolak-balik dari Safa ke Marwa. Sungguh perjalanan yang meletihkan mengingat kondisi tubuh yang lapar dan dehidrasi.

Demi tidak didapatinya sesuatu apapun ketika mendekati Marwah, Hajar mendengar suara lalu beliau meminta pertolongan. Tiba-tiba ia mendapatkan Malaikat di tempat sumber air Zam-zam. Kemudian Malaikat itu menggali tanah dengan tumitnya. Ia membendung air dengan tangannya. Ia menciduk dan memasukkan air itu kekantongnya. Air itu terus mengalir deras setelah ia menciduknya. Kemudian ia meminum air itu dan menyusui anaknya. Lalu malaikat berkata kepadanya, "Janganlah engkau khawatir akan disia-siakan, karena di sini terdapat sebuah rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan bapaknya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menelantarkan penduduknya." Tidak hanya itu, beberapa waktu kemudian datanglah kafilah yang sedang melakukan perjalanan untuk meminta air tersebut. Pada akhirnya keluarga keturunan Ibarhim itu menetap di sana. Selanjutnya daerah itu berkembang hingga kini yang kita kenal sebagai kota Makkah di Saudi Arabia.

Hajar telah menunjukkan kepasrahan. Kondisinya cukup kritis. Tapi beliau ikhlas menerima kondisinya itu. Satu hal yang pasti beliau begitu yakin akan janji Allah SWT. Bahkan beliau mengatakan "...DIA tidak akan mengabaikan kami.". Hajar juga menjalankan sunnah kehidupan yaitu berusaha keras. Di sebuah daerah tandus dan panas, perbekalan telah habis, tidak ada manusia lain, dan kondisi fisik yang letih, beliau tetap berupaya keras mencari rizqi Allah SWT. Hajar juga tidak memiliki peralatan apapun. Rasanya mustahil untuk bisa bertahan hidup di tempat itu. Tapi keyakinan bahwa "DIA tidak akan mengabaikan kami" telah tertancap begitu kuat. Dalam kondisi terbatas (bahkan sangat terbatas) Hajar tetap yakin kepada Allah SWT, tetap istiqomah dalam kesabaran dan keimanan, dan tetap melakukan semua upaya yang maksimal yang bisa diperbuatnya. Hasilnya? Tanpa disangka tiada dikira, Allah SWT mengirimkan malaikatNya untuk mengeluarkan air Zam-zam dari perut bumi. Ini adalah pertolongan Allah SWT bagi hambaNya yang yakin denganNya dan terus melakukan amal sholeh.

Pertolongan Allah SWT muncul di saat-saat kritis dan di puncak sebuah ujian kesabaran yang luar biasa. Di saat energi sudah terkuras begitu banyak. Di saat bantuan dan pertolongan dari orang lain terlebih dari diri sendiri sudah nyaris tidak ada lagi. Hajar tetap konsisten dan itulah hasil konsistensinya. Sabar, tawakkal, dan tetap berusaha. Insya Allah, pertolonganNya datang kemudian. Tanpa kita tahu. Tanpa disangka-sangka.

Tokoh berikutnya adalah Nabi Musa AS. Ingat ketika Nabi Musa AS memimpin beribu-ribu kaum Bani Israel keluar dari Mesir? Bani Israel harus menghadapi fakta penindasan rasial. Penguasa Mesir, Fir'aun (ada yang menyebut bahwa saat itu Fir'aun yang berkuasa adalah Ramses II), memerintahkan penangkapan dan pembunuhan seluruh Bani Israel di Mesir. Nabi Musa AS lalu mengumpulkan seluruh Bani Israel lalu membawa mereka keluar dari Mesir. Fir'aun sangat murka mengetahui hal ini. Ia pun mengumpulkan seluruh bala tentaranya untuk mengejar lalu membunuh Bani Israel.

Nabi Musa AS memimpin sebuah kaum yang lemah dan miskin. Mereka meninggalkanMesir dengan perbekalan seadanya. Mereka dirundung rasa takut dan cemas. Masa depan seolah terlihat suram. Ternyata ujung dari perjalanan mereka adalah lautan lepas. Sudah letih tubuh berjalan. Hati diselimuti pula oleh takut dan keresahan. Kini di hadapan terhampar laut merah. Tanpa ada satu buahpun perahu yang akan membawa mereka ke seberang lautan menyelamatkan diri.

Kondisi sangat kritis. Di belakang, pasukan haus darah sedang mendekat cepat dan siap membantai mereka semua. Di depan, lautan yang luas dan dalam tanpa ada satu pun perahu yang berlayar di atasnya. Sekelilingnya juga hanya hamparan pasir pantai yang tidak ada manusia lain selain Bani Israel yang ketakutan. Senjata, kalaupun ada sungguh tidak memadai untuk melawan tentara Fir'aun. Dalam kondisi kalut seperti itu, Nabi Musa AS tetap tenang. Beliau tetap sabar. Dzikirnya kepada Allah SWT tiada terputus. Dalam kondisi terjepit antara hidup dan mati, Nabi Musa AS tidak kehilangan keyakinannya. Beliau tidak kehilangan akal sehat. Tawakkal beliau sangat tinggi kepada Allah SWT.

Pertolongan Allah SWT muncul dalam cara yang sangat tidak terduga. Laut merah terbelah dua sehingga menciptakan sebuah jalan yang bisa dilalui untuk menuju ke pantai seberang. Kejadian ini sungguh di luar akal sehat manusia. Tapi jika Allah sudah berkehendak, maka kun fayakun. Pertolongan Allah SWT diberikan bagi sesiapapun jua yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya yang bertaqwa. Singkat cerita selamatlah Nabi Musa AS dan kaumnya itu sampai ke tanah seberang dan laut merah itu menjadi kuburan bagi Fir'aun dan bala tentaranya.

Dalam kondisi kritis seperti itu, seorang Musa AS telah menunjukkan tawakkalnya. Ketika semua jalan menemui ujung yang buntu. Ketika semua jalur ikhtiari sudah ditempuh dan hasilnya nihil. Orang yang bertaqwa tidak putus asa karena hal itu adalah perbuatan orang-orang kafir. Orang yang bertaqwa bersandar pada Allah SWT. Maka ketika daya upayanya sudah optimal dan hasilnya masih gelap, maka ia menyandarkan sepenuhnya pada Allah SWT. Dzikir dan doa dilantunkan sebagai tanda kepasrahan dan tawakkal. Maka hasilnya datanglah pertolongan Allah SWT. Lagi-lagi dalam bentuk yang tidak disangka-sangka. Di luar perkiraan akal fikiran manusia. Dan lagi-lagi, pertolongan itu muncul di saat-saat kritis dan ketika kita mampu mengatur emosi dan fikiran tetap jernih. Tetap sabar. Tetap istiqomah. Tetap dzikir dan doa. Tetap berupaya semaksimal mungkin. Pertolongan Allah SWT datang begitu saja bersamaan dengan semua hal itu.

Tokoh yang terakhir adalah Maryam ibunda Nabi Isa AS. Sudah termasyhur bahwa Maryam adalah wanita beriman dan berkedudukan terhormat di sisi Allah SWT. Akhlaqnya mulia, kepribadiannya tanpa cela. Suatu ketika taqdir Allah SWT berlaku atas dirinya sebagai bukti kekuasaanNya di alam semesta. Maryam hamil tanpa ada satupun pria yang menikahi dan menggaulinya. Akhirnya lahirlah Isa. Usai melahirkan, kondisi fisik Maryam sangat letih dan sakit. Secara manusiawi, Maryam mengeluh. Tapi malaikat Jibril memberinya motivasi dan semangat. Jibril memintanya untuk tidak bersedih hati, karena Allah telah memberinya karunia berupa rizqiNya. Letih, lapar, dan membutuhkan asupan makanan. Maryam diminta menggoyang pohon korma agar bisa jatuh buahnya. Secara logika, wanita yang letih setelah melahirkan jangankan menggoyang pohon korma, bahkan berjalan pun nyaris tidak sanggup. Tapi Maryam melakukannya juga. Ternyata baru disentuh saja pohon korma itu menjatuhkan buah-buah korma segar. Tanpa perlu digoyang.

Lagi-lagi Allah SWT memperlihatkan kuasaNya. DiujiNya manusia untuk mengetahui sampai sejauh mana kadar ketaatan itu terpateri dalam diri. Wanita lemah dalam kondisi sakit diminta untuk menggoyang pohon korma, karena di atas pohon itulah bertengger buah korma sebagai makanannya. Logika dikalahkan oleh keimanan. Maryam memilih untuk mencoba menggoyang pohon korma. Hasil dari ketaatan dan upaya optimalnya, Allah SWT memberikan pertolongan. Cukup tersentuh saja, pohon korma itu menjatuhkan buahnya. Allah SWT memerintahkan manusia untuk melakukan ikhtiar sedemikian rupa. Dilakukan seoptimal mungkin. Lalu hasilnya berupa pertolongan Allah SWT akan tiba begitu saja.

Dari kisah ketiga tokoh tersebut kita bisa melihat benang hijaunya. Mereka sama-sama mengalami sebuah kondisi yang payah. Dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Mereka juga menunjukkan keistiqomahan dan kesabarannya. Mereka tetap menempuh semua jalan usaha. Mereka tetap optimal dalam memenuhi syarat sunnatullah. Dzikir dan doa membuat jiwa menjadi tenang. Sabar membuat hati tetap tegar. Mereka terus berbuat dan berbuat. Kondisi sulit tidak menjadikan mereka berdiam diri. Tidak pula membuat frustrasi. Ikhtiar dan tawakkal jadi kunci.

Jadi bagaimana kondisi kita saat ini? Susah? Sempit? Sumpek? Tentunya kita tahu apa yang harus kita lakukan.

Semoga Allah SWT memasukkan kita semua ke dalam golongan hambaNya yang bertaqwa. Amin yaa Rabbal 'alamiin. Wallahu a'lam bisshowwab.

Tomy Saleh.Kalibata.30 Oktober 2008. 18:39WIB

Tidak ada komentar: