Pengalaman Haru Bersama Mama Dan Papa

Ada dua pengalaman yang entah mengapa selalu membuat saya terharu dan trenyuh. Pengalaman ini tentang mama dan papa (semoga Allah mengampuninya, merahmatinya dan melapangkan kuburnya). Kejadiannya berlangsung waktu saya masih usia sekolah TK dan SD (tahun 80-an).

Mengenai mama. Pada suatu hari mama pergi ke pasar Tanah Abang (menurut budayawan Jakarta Ridwan Saidi seharusnya Tenabang, karena berasal dari kata Denabang (nama pohon)) untuk suatu keperluan. Pulangnya mama membelikan saya mainan mobil-mobilan. Sebenarnya bukan berbentuk mobil, tapi berbentuk balok plastik berwarna biru. Di kedua sisinya ada dua roda gigi dan di atasnya juga ada dua roda gigi yang gigi-giginya bersinggungan dengan roda gigi yang di samping. Jadi jika mobil-mobilan itu dijalankan, maka roda gigi yang di atas juga ikut berputar. Mobil-mobilan itu dibungkus plastik. Dan diujungnya diikatkan tali dari benang kasur sebagai penariknya. Sayapun membawa mobil-mobilan itu bermain-main di belakang rumah kontrakan kami. Saya terharu akan hal ini. Betapa mama ingin anaknya senang dan bisa bermain gembira dengan mobil-mobilan sederhana dan murah tersebut. Tidak hanya itu, mama juga membelikan adik bungsu saya, Sally, yang waktu itu masih berusia balita, boneka. Boneka itu boneka plastik perempuan (semacam barbie tapi dalam versi yang lebih "mengenaskan"). Boneka itu dibungkus plastik lengkap dengan tempat tidurnya. Yang saya ingat harganya hanya Rp 500. Saya terharu.

Tentang papa. Waktu saya masih usia TK (Taman Kanak-kanak) saya meminta dibelikan mainan kereta api. Sepulang kerja papa membelikan pesanan saya. Mainan kereta api itu cuma sebuah gerbong kecil dan jalur rel berbentuk angka 8. Papa berjongkok di samping saya memasang mainan kecil itu lalu menjalankan kereta itu. (ya Allah saya mau nangis nulis ini...). Kereta kecil itu berjalan mengikuti track angka 8 itu. Saya terdiam menyaksikannya. Lalu saya mengatakan bahwa bukan seperti ini yang saya minta. Lalu papa membelikan mainan kereta yang lebih besar dan lebih lengkap: rel berbentuk lingkarang dan kereta berupa gerbong dan lokomotif. Kemudian Sekitar tahun 1999, saya meminta papa untuk membelikan saya komputer. Lalu papa memberikan selembar traveller cheque senilai lima juta. Yang satu juta saya tidak ingat dipakai untuk apa, yang empat juta untuk membeli komputer. Saya membeli komputer rakitan berprosesor intel celeron 300MHz. Saya membelinya dari teman saya (kakak kelas waktu di SMA dulu). Ketika komputer itu selesai dipasang di kamar saya, papa duduk di samping saya lalu tersenyum dan menyodorkan tangannya untuk menyalami saya, mengucapkan selamat atas komputer baru saya. Saya terharu.

Rabbighfirlii wa lii walidaiyya warhamhuma kamaa rabbayani shaghira. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu, yaa arhamarrahimiin, ya ghafururrahim, ya rabbal 'alamin.

1 komentar:

Ariyanti W mengatakan...

Ya Allah, Aku terharu membacanya T_T