Tokoh Idola Dalam Sorotan

"Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)."
(QS. Al Qalam ayat 8)

Ada seorang pemuda, rambutnya gondrong, cuping telinganya ditempeli anting-anting, jari telunjuk dan jari tengahnya tangan kanannya menjepit sebatang rokok, dan gaya jalannya dibuat sedemikian rupa. Ketika ditanya "siapa sih tokoh idolamu?". Dia menjawab, "Penyanyi metal meen!!". Pantas!!

Adalagi seorang pemudi, rambutnya sangat pendek sehingga kuduknya terlihat. Memakai pakaian yang serba mini dan cukup 'kekecilan' alias ketat dan berlanggak-lenggok jalannya. "Tokoh fave saya Tony Braxton.", katanya.

Melihat kenyataan di atas kita bisa berkonklusi bahwa, betapa seorang tokoh idola itu bisa mewarnai life style seseorang yang mengidolakannya. Cukup pelik memang. Permasalahan ini, apabila ditilik dari terminologi Qur'ani, bukanlah masalah yang sepele. Apalagi kalau sudah mengintervensi 'aqidah dan akhlaq. Makna dari tokoh idola itu sendiri adalah seseorang yang dikagumi from the bottom of the heart. Sehingga cenderung untuk diteladani atau ditiru segala tingkahnya. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seseorang bisa menjadi idola bila memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang non statis, seperti wajah tampan, kepribadian yang menarik, kemampuan yang luar biasa, kepandaian, dan lain-lainnya. Pokoknya yang mengundang kekaguman kita.

Lalu, mengapakah manusia itu, khususnya pemuda, cenderung untuk memiliki rasa kagum terhadap seseorang sehingga pola kehidupannya diwarnai oleh pola tingkah sang idola? Jawabnya: karena Allah menciptakan manusia itu dengan sederetan kekurangan-kekurangan. Dan untuk menutupi kekurangan tersebut manusia akan berusaha mencari manusia lain yang memiliki kelebihan yang tidak dimilikinya untuk kemudian mencontoh ataupun mempelajari kelebihan itu guna diterapkan dalam menutupi kekurangan-kekurangannya, sehingga ia merasa lengkap dan puas. Itulah sifat dasar setiap manusia (fitrah). Namun amat disayangkan, banyak manusia yang salah langkah dalam menyalurkan fitrahnya itu. Ada sebagian manusia yang merasa 'kekurangan' apabila dirinya belum ada 'kejelekan', misalnya seseorang yang mengidolakan penyanyi metal, maka orang ini akan merasa belum lengkap bila lengannya belum ditatoo dan kupingnya belum diberi anting-anting, sebagaimana sang idola. Dan ada pula manusia yang kurang apabila dirinya belum ada aqidah yang mantap, akhlak yang karimah, dan ibadah yang benar, dan dialah manusia yang cerdas.

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sembarangan dalam meneladani seseorang tokoh yang diidolakan bisa berakibat fatal. Setidak-tidaknya ada tiga kemudhorotannya, yaitu:

1. Lunturnya aqidah
2. Hancurnya moral dan akhlaq
3. Pelan tapi pasti, keislaman kita bisa musnah

Cukup mengerikan dan memang bukan mengada-ada. Bayangkan, seorang pemuda Islam menjadi enggan mengaji hanya karena tokoh idolanya itu bukanlah seorang muslim sejati. Seorang muslimah enggan menutup auratnya hanya karena sang idolanya itu seorang pengumbar aurat alias suka memamerkan auratnya. Fenomena ini bukan isapan jempol semata, tapi memang nyata berdasarkan statistika. Ada fakta dan data. Sudah sedemikian parahkah? Sampai-sampai kita gadaikan keislaman kita? Sampai-sampai harga diri ummat Islam hancur?

Alhamdulillah, agama yang kita yakini dan kita amalkan ini (Islam), dalam substansinya sebagai diin yang syamil dan kamil, telah memberikan solusinya yang paten dalam menghadapi masalah ini. Menurut pandangan Islam, tokoh idola wajib memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Dia adalah manusia pilihan Allah
Kriteria ini adalah kriteria yang paling fundamental. Manusia pilihan Allah adalah manusia yang dicintai, dikasihi, dirahmati, dan diridhoi olehNya dan sebaliknya manusia itu juga mencintai Allah dengan sepenuh hati melebihi kecintaan terhadap dirinya, keluarga, dunia dan isinya. Manusia ini adalah manusia yang sangat bermanfaat bagi lingkungannya. Sekarang, pantaskah kita mengidolakan orang-orang yang dikutuk dan dilaknat, macam orang-orang kafir? Ingatlah, "Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintai di hari kiamat nanti.". Bila kita mencintai orang yang beriman, kita akan bersama mereka di hari kiamat nanti. Ingatlah, "Barangsiapa yang mengikuti suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum itu.".

2. Memiliki kepribadian dan kemampuan yang Qur-ani
Kepribadian dan kemampuan merupakan salah satu penyebab seseorang menjadi tokoh idola. Kepribadian manusia itu bermacam-macam, begitu pula dengan kemampuan. Ada yang mampu berusaha tetapi tidak mampu bertawakkal, ada yang mampu mendapatkan tapi tidak mampu bersyukur dan ada pula yang mampu mencintai dan mentaati Allah. Kemampuan dan kepribadian yang pantas diidolakan hanyalah yang baik saja dan setiap yang baik itu harus dicocokkan, apakah selaras atau tidak dengan Al Qur-an.

3. Dikagumi dan dikenang sepanjang zaman
Biasanya seorang tokoh idola tenar, lambat laun akan hilang ketenaran setelah beberapa tahun atau dia wafat. Sesudah itu muncul yang lainnya. Tapi dalam Islam, seorang tokoh idola yang pantas diteladani, dikagumi, dan dikenang hingga tibanya hari kiamat.

Ternyata hanya ada satu orang, the one and the only, Nabi Muhammad SAW. Apakah beliau manusia pilihan Allah? Ya dan sangat jelas sekali bahwa beliau adalah kekasih Allah. Apakah beliau memiliki kepribadian dan kemampuan yang Qur-ani? Ya. Beliau adalah ibarat Al Qur-an yang berjalan. Beliau dikagumi oleh kawan atau lawan sepanjang sejarah. Lihatlah bagaimana Michael Hart memujinya dalam buku "100 Tokoh".

Sekarang marilah kita semua mulai mengidolakan, mencintai, dan meneladani Nabi Muhammad SAW. Orang-orang yang mengidolakan beliau bisa dideteksi dari tingkah lakunya yang senantiasa mencontoh Nabi Muhammad. Marilah kita meneladani Rasulullah dalam segala hal seperti kecintaan dan ketaatannya dalam menjalankan ajaran-ajaran Allah, keberanian dan keteguhannya dalam menghadapi berbagai cobaan hidup, kepandaiannya, pemikirannya, dan lain-lain. Semoga Allah memberkahi dan merahmati Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, para sahabat, dan para umatnya yang setia hingga akhir zaman.

Al haqqu mirrobbikum.

Tulisan ini pernah dimuat di buletin "Suara Dakwah 65" terbitan 9 Jumadil Awal 1415H / 14 Oktober 1994. Ini adalah tulisan pertama saya yang 'serius' dan published. Dibuat waktu saya masih kelas 3 SMA. Buletin itu sendiri beredar tiap hari Jum'at di SMA 65. Diterbitkan oleh seksi kerohanian Islam, OSIS SMAN 65, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, di mana saya menjadi salah satu pengurusnya.

3 komentar:

Fikar Razani mengatakan...

minta izin copy tulisannya sm jadiin sumber inspirasi hehe..

Tomy Saleh mengatakan...

Silakan....

Tomy Saleh mengatakan...

Silakan....